Isu seputar tata kelola dan etika pemanfaatan teknologi digital

Strengthening Health Data Governance: Leadership and Action

Teknologi AI membawa serangkaian risiko dan tantangan yang unik, seperti pengumpulan data yang tidak etis, ancaman keamanan siber, dan memperkuat bias, yang harus ditangani. Tanpa sistem peraturan dan penegakan hukum yang efektif dan kuat, solusi kesehatan AI dapat memiliki akses ke informasi pribadi yang sensitif, membahayakan privasi, keamanan kesehatan, dan merusak kolaborasi. Hal ini mengakibatkan bias, ketidakpercayaan, ketidakakuratan, dan ketidakefektifan dalam sistem kesehatan. Kurangnya mekanisme tata kelola juga berkontribusi pada lambatnya adopsi solusi AI dalam sistem kesehatan. Pemerintah ragu-ragu untuk menyetujui teknologi tanpa bukti keamanan dan efektivitas; pengembang teknologi tidak memiliki jalur yang jelas menuju sertifikasi atau kesesuaian dengan peraturan; dan perusahaan sektor swasta dibiarkan mengembangkan kerangka etika tanpa mandat pemerintah untuk melindungi kebaikan publik.

Oleh karena itu, kerangka kerja, tata kelola dan mekanisme regulasi yang kuat serta responsif diperlukan untuk menetapkan keamanan dan efektivitas sistem AI dengan menerapkan standar AI yang bertanggung jawab ke dalam praktik aktual. Penggunaan kotak pasir regulasi  (regulatory sandbox) untuk inovasi yang aman, promosi model AI terbuka, dan penggunaan AI dalam teknologi kepatuhan (compliance) menghadirkan opsi menarik untuk dijelajahi saat membangun ekosistem regulasi untuk AI dalam kesehatan.

Ekosistem yang kuat akan membantu mengurangi risiko, memastikan pondasi AI tetap berakar kuat pada prinsip-prinsip etika dan penghormatan terhadap hak asasi manusia, serta membangun kepercayaan untuk penerimaan jangka panjang dan keberhasilan kemajuan yang didukung AI di sektor kesehatan.

Data is Power! Confronting Data Colonialism, Ownership Issues and Hidden Biases

Di era AI saat ini, data memiliki signifikansi yang belum pernah terjadi sebelumnya di berbagai sektor, terutama dalam perawatan kesehatan. Tanpa data yang memadai, pengembangan dan fungsionalitas AI akan sangat terhambat. Oleh karena itu, terbukti bahwa data berfungsi sebagai landasan dasar untuk kemajuan AI dalam perawatan kesehatan.

Data adalah sumber daya penting, dan sama pentingnya untuk kesehatan serta pembangunan seperti yang lain, termasuk energi, mineral, dan bahan baku. Di sektor kesehatan, data sangat penting untuk analisis dan kemajuan dari semua jenis. Data semakin penting karena semakin banyak teknologi dan layanan, dan inovasi yang dibangun di atasnya. Segala sesuatu mulai dari AI generative, uji coba farmasi hingga regulasi yang efektif berpusat pada data. Dengan demikian, kontrol data semakin diperebutkan, baik karena kepentingan komersial, barang publik, atau sebagai fondasi masyarakat demokratis. Kontestasi yang berkembang di semua bidang, termasuk dalam kesehatan populasi dan perawatan kesehatan menciptakan banyak tantangan.  termasuk kesetaraan dan kontroversi etika seperti (1) kolonialisme data, (2) kepemilikan data, dan (3) bias dari ketidaksetaraan dalam pengumpulan, pengelolaan, penggunaan, dan penerapan data.

Kolonialitas digital mengacu pada pelaksanaan kekuasaan yang tidak adil dan tidak setara atas data dan manfaatnya, dimana data dapat dilihat mirip dengan industri ekstraktif lainnya. Seperti halnya emas dan komoditas berharga lainnya, data ditambang di negara-negara berkembang dan dikirim ke negara-negara kaya, dimana data disempurnakan menjadi bentuk kredit dan digunakan untuk kemajuan karir, dieksploitasi secara ekonomi, dan dikendalikan dengan langkah-langkah hukum dan teknis. Secara umum, ini berarti bahwa penggunaan data menguntungkan konglomerat teknologi dan organisasi lain yang berlokasi di utara dunia, dengan sedikit jika ada manfaat yang diperoleh orang-orang yang tubuh, kehidupan, dan pengalamannya terdiri dari sumber daya asli.

Selain itu, dengan mitra pembangunan dan organisasi internasional menjadi pengguna yang paling sering dengan tingkat permintaan yang tinggi dan pemodal utama sistem informasi, muncul kekhawatiran bahwa hal ini dapat menghalangi kebutuhan dan pemanfaatan domestik oleh dan untuk negara-negara ini. Klaim kepemilikan lokal meningkat sebagai masalah, terutama dalam akses dan penerapan data untuk manfaat kesehatan. Di sisi lain, kapasitas lokal dalam pengumpulan, pengelolaan, dan analisis data tetap menjadi ujian untuk masalah kepemilikan lokal.   

Isu penting lainnya adalah pemahaman konteks lokal dalam kasus ahli ilmu data yang secara geografis atau sosio-demografis jauh dari subjek data. Bias yang tidak disengaja (dan terkadang disengaja) terhadap populasi yang rentan dan bias representasi dapat muncul dari situasi seperti itu. Selain itu, pengembangan infrastruktur data canggih seperti pembelajaran mesin dan kecerdasan buatan dapat lebih fokus pada data yang dapat dibaca mesin sambil mengabaikan bentuk lokal dan data di atas kertas, yang masih digunakan di banyak negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Untuk mengatasi masalah yang meluas ini, diperlukan strategi yang mempertimbangkan kebutuhan kesehatan domestik dan mengatasi masalah representasi dan kepemilikan untuk meningkatkan ketersediaan, aksesibilitas, dan kegunaan kapasitas lokal data dalam pengumpulan dan penggunaan data untuk memastikan penerapan data berkualitas yang adil dan etis untuk kesehatan. Kualitas dan keseimbangan kumpulan data, inklusi dimensi gender dan aspek sosial-budaya, serta kebijakan publik khusus perlu dipertimbangkan untuk mengatasi bias, terutama terhadap populasi yang rentan.

Meskipun demikian, kompleksitas dan kelimpahan data kesehatan per individu, ditambah dengan dimensi multifaset dari data tersebut, menghadirkan tantangan yang berat. Selain itu, memastikan keamanan kumpulan data yang sangat sensitif ini tetap menjadi perhatian penting.

Kemudian untuk memanfaatkan potensi data kesehatan untuk kepentingan publik dan hasil kesehatan yang lebih baik, sekaligus mengelola risiko, melindungi hak-hak individu, dan memastikan data masyarakat terlindungi dari penyalahgunaan, penting untuk memperkuat tata kelola data kesehatan melalui undang-undang dan peraturan yang lebih kuat, efektif, dan adil.

Sementara beberapa negara mengambil langkah-langkah untuk mengatasi hal ini, pendekatannya bervariasi. Salah satunya bersatu dengan negara lain dan pemangku kepentingan lainnya, hal ini memberikan kesempatan untuk membangun pengalaman dan praktik yang baik, dan membangun tingkat konsensus seputar elemen-elemen penting yang harus ditangani melalui undang-undang dan regulasi nasional.

Untuk mendukung hal ini, Transform Health dan mitra-mitranya, termasuk AeHIN, HELINA, RECAINSA, OECD dan CDC Afrika, telah mendukung pengembangan rancangan model law tentang tata kelola data kesehatan, mengartikulasikan elemen inti, panduan legislatif, dan teks hukum sebagai referensi.

Model law ini didukung oleh kesetaraan dan prinsip-prinsip berbasis hak (didukung oleh lebih dari 150 organisasi dan pemerintah), dan mengambil inspirasi dari tinjauan lanskap legislatif dan peraturan nasional di lebih dari 30 negara, Rekomendasi OECD tentang Tata Kelola Data Kesehatan (dipatuhi oleh 38 negara anggota OECD), serta berbagai instrumen, komitmen, dan praktik terbaik nasional, regional, dan internasional lainnya. Model ini telah dikembangkan melalui proses konsultatif dari bawah ke atas, melibatkan hampir 1000 pemangku kepentingan dari seluruh dunia. Hal ini termasuk tujuh konsultasi multi-pemangku kepentingan regional (diselenggarakan oleh AeHIN, HELINA dan RECAINSA) yang melibatkan 500+ pemangku kepentingan dari 65+ negara untuk menginformasikan draft awal dan periode konsultasi publik tentang draft tersebut, yang mencakup 16 konsultasi nasional, regional dan pemuda, survei yang disebarluaskan secara luas dan wawancara ahli untuk mengumpulkan umpan balik.

Model law ini berfungsi sebagai titik awal untuk membangun konsensus seputar bidang-bidang inti yang harus ditangani melalui kerangka kerja nasional, sambil menyediakan cetak biru dan sumber daya untuk kerangka kerja global dan perjanjian berbagi data yang sangat dibutuhkan.

Pesan terakhir dari PMAC adalah walaupun AI adalah bagian dari masa depan yang tidak terelakkan,
namun masa depan AI ditentukan oleh manusia, oleh karena itu AI harus diarahkan oleh prinsip-prinsip etika. 

pmac 2

(Reporter: Shita Dewi - PKMK FKKMK UGM)

 

Link Terkait:

  1. Isu seputar pemanfaatan teknologi digital untuk pembiayaan kesehatan yang lebih efisien dan efektif
  2. Isu seputar pengembangan kapasitas tenaga kesehatan di era teknologi digital
  3. Pemanfaatan teknologi digital untuk pelayanan Kesehatan di isu-isu prioritas global
  4. Isu seputar tata kelola dan etika pemanfaatan teknologi digital

 

Pemanfaatan teknologi digital untuk pelayanan Kesehatan di isu-isu prioritas global

Innovative technology for mitigating megatrend impact on global health in ASEAN region

Professor Dennis Caroll (Chulalongkorn University School fo Global Health) memaparkan sejumlah trend global yang akan mempengaruhi sistem kesehatan karena beban yang berbeda. Sebagai contoh, populasi yang menua (aging population) tanpa didukung oleh angka kelahiran yang cukup sehingga diprakirakan pada 2050 hanya akan ada 1,5 anggota keluarga per 1 orang lansia. Kondisi ini akan mengurangi kemampuan masyarakat untuk mempertahankan tradisi mengurus lansia di rumah, dan di sisi lain meningkatnya kebutuhan untuk layanan geriatri. Mampukah sistem kesehatan di negara kita mempersiapkan tenaga kesehatan yang layanan yang memadai untuk lansia di fasilitas kesehatan?

Isu lain adalah urbanisasi, yang artinya semakin meningkatnya kebutuhan akan sistem pelayanan kesehatan urban yang kuat, dan juga kesiapan untuk menangani penyakit-penyakit yang disebabkan oleh gaya hidup urban, yaitu penyakit-penyakit gangguan metabolik. Isu berikutnya adalah dampak dari perubahan iklim yang bukan hanya mempengaruhi kesehatan (akibat suhu ekstrim, banjir, kualitas air, kualitas udara) namun juga kemampuan ketahanan pangan karena kemampuan lahan untuk menghasilkan macronutrient yang dibutuhkan akan semakin turun seiring dengan naiknya suhu.
Bagaimana AI dapat membantu?

Di kawasan ASEAN, megatren ini sangat berdampak pada sistem dan hasil kesehatan. Negara-negara di kawasan ini mengalami bencana terkait iklim yang parah, seperti banjir dan gelombang panas, yang membebani layanan kesehatan dan memperburuk kondisi kesehatan. Ketegangan geopolitik dan kesenjangan ekonomi berkontribusi pada ketidaksetaraan akses ke perawatan kesehatan, terutama di daerah yang kurang terlayani. Negara-negara di ASEAN menghadapi tantangan yang terkait dengan megatren ini, dengan dampak signifikan pada infrastruktur kesehatan dan kesejahteraan penduduknya.

Mengatasi megatren global ini sangat penting untuk mengurangi efek buruknya terhadap kesehatan. Dengan terlibat secara proaktif dengan tantangan ini, kita dapat meningkatkan sistem kesehatan, mempromosikan kesetaraan kesehatan, dan mengelola risiko yang terkait dengan megatren ini dengan lebih baik. Memastikan bahwa sistem kesehatan tangguh dan merata sangat penting untuk meningkatkan hasil kesehatan secara keseluruhan dan mengatasi kesenjangan.

Teknologi inovatif memainkan peran penting dalam mengatasi dampak megatren global terhadap kesehatan. Telemedicine, misalnya, menawarkan akses jarak jauh ke layanan kesehatan, yang sangat bermanfaat bagi penduduk pedesaan dan kurang terlayani. Teknologi perawatan jarak jauh, seperti pemantauan jarak jauh dan aplikasi kesehatan seluler, memungkinkan pengelolaan kondisi kronis secara berkelanjutan dan mengurangi kebutuhan untuk kunjungan langsung. Kecerdasan Buatan (AI) juga mengubah perawatan kesehatan dengan menganalisis kumpulan data besar untuk memprediksi wabah penyakit, mempersonalisasi rencana perawatan, dan mengoptimalkan alokasi sumber daya. Pengobatan yang dipersonalisasi, melalui kemajuan dalam genomik dan analitik data, memungkinkan pendekatan pengobatan yang disesuaikan yang memenuhi kebutuhan kesehatan individu secara lebih efektif. Selain itu, teknologi dapat menjembatani kesenjangan dalam akses perawatan kesehatan, memberikan solusi bagi komunitas yang terpinggirkan dan kurang terlayani, seperti melalui unit kesehatan keliling dan layanan telehealth.

Namun, untuk dapat memanfaatkan teknologi untuk kesehatan di kawasan ASEAN menghadirkan beberapa tantangan. Beberapa diantaranya keterbatasan infrastruktur dan masalah konektivitas di daerah pedesaan dapat menghambat penerapan teknologi kesehatan yang efektif. Variabilitas literasi digital diantara populasi yang berbeda dan bahkan antar tenaga kesehatan sendiri juga berdampak pada adopsi dan penggunaan solusi teknologi. Selain itu, memastikan privasi data dan menavigasi masalah kerangka peraturan yang memadai bisa jadi rumit dan membutuhkan sumber daya yang intensif. Ada juga risiko bahwa kemajuan teknologi dapat memperburuk ketidaksetaraan kesehatan yang ada jika tidak diterapkan dengan penekanan pada inklusivitas.

Breaking the malnutrition cycle

pmca 6Dunia menghadapi beban ganda malnutrisi, yang mencakup kekurangan gizi (stunting) dan kelebihan gizi (obesitas) di samping penyakit tidak menular (PTM) terkait. Meskipun terjadi kemajuan dalam mengurangi angka stunting sebesar 44% secara global antara 1990 dan 2022, tantangan tetap ada bagi lebih dari 71 juta anak di seluruh Asia Selatan dan Asia Timur Pasifik. Demikian pula, obesitas dan PTM meningkat tajam, didorong oleh transisi dalam sistem pangan dan perilaku diet, menambah beban perawatan kesehatan dan ekonomi.

Upaya bersama dalam mengatasi tantangan ini yaitu melalui strategi yang komprehensif dan terintegrasi menghadirkan peluang unik untuk meningkatkan hasil kesehatan dan ekonomi. Sesi ini menggabungkan pelajaran dari upaya pengurangan stunting dengan wawasan tentang mengatasi obesitas dan PTM melalui transformasi sistem pangan. Sesi ini memperkenalkan pembaruan terhadap Kerangka Investasi untuk Gizi (Bank Dunia, 2024) dan menyoroti apa dan bagaimana negara-negara menyampaikan rekomendasinya dalam skala besar. 

Terdapat pelajaran lokal dari Asia dan Pasifik tentang pentingnya integrasi sisi penawaran intervensi gizi berdampak tinggi dalam pemberian layanan dan pembiayaan perawatan kesehatan primer (PHC); memperkuat permintaan untuk intervensi dan layanan gizi; dan meningkatkan tata kelola multisektoral, akuntabilitas, dan manajemen keuangan publik, dengan kesehatan sebagai intinya. Ini akan mengeluarkan keharusan bagi para pemangku kepentingan untuk memperbarui komitmen kebijakan dan keuangan pada KTT Nutrisi untuk Pertumbuhan Paris (Maret 2025) dan pada saat yang sama mengeksplorasi sumber pembiayaan baru dan inovatif dengan memasukkan nutrisi dalam cakupan kesehatan universal dan program jaring pengaman adaptif, menggunakan kembali subsidi pertanian untuk diet sehat, dan lain-lain.

Buku ini membekali peserta dengan pengetahuan dan alat untuk terlibat secara efektif dalam dialog kebijakan, mendukung desain proyek, dan meningkatkan upaya implementasi untuk mengatasi obesitas dan PTM melalui pendekatan sistem pangan. Pengalaman-pengalaman ini dirangkum di dalam buku Kerangka Investasi untuk Gizi.

download PDF


Aging, long term care and the care economy for Elderly

Seiring pergeseran demografis menuju populasi yang menua semakin cepat di seluruh kawasan Asia Timur & Pasifik, Asia Selatan, dan Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA), ada kebutuhan mendesak untuk mengatasi pemberdayaan etis dan adil bagi individu lansia yang rentan melalui pengembangan kebijakan inovatif dan layanan perawatan jangka panjang. Meningkatnya lanjut usia di seluruh wilayah bukan hanya menyoroti permintaan mendesak akan perawatan komprehensif melainkan juga menekankan peran penting mereka dalam memperkaya struktur ekonomi dan sosial komunitas mereka. Dalam rangka memanfaatkan kontribusi mereka secara efektif, penting untuk menerapkan kebijakan inklusif yang memanfaatkan teknologi baru, meningkatkan akses perawatan kesehatan, dan memperkuat sistem pendukung yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik mereka.

Meningkatnya permintaan akan perawatan lansia telah menarik perhatian pada berbagai tantangan, termasuk kekurangan tenaga kerja dan keterbatasan infrastruktur, di samping implikasi ekonomi dari populasi yang menua. Negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, dan Thailand dan negara-negara lain di kawasan ini telah membuat langkah signifikan dengan mengembangkan sistem perawatan jangka panjang yang efektif yang didukung oleh skema pembiayaan, kebijakan inklusif, dan teknologi inovatif yang memfasilitasi perawatan universal atau berbasis komunitas. Upaya ini menunjukkan pelajaran berharga bagi orang lain di wilayah yang masih dalam tahap awal perencanaan.

Munculnya ekonomi perawatan (care economy) menghadirkan tantangan dan peluang; Sementara meningkatnya permintaan untuk perawatan lansia memerlukan sistem perawatan jangka panjang yang berkelanjutan yang didukung oleh para profesional terlatih, hal ini juga membuka jalan untuk penciptaan lapangan pekerjaan, terutama bagi wanita yang sering mendominasi peran pengasuhan. Dengan berfokus pada ekonomi perawatan, negara-negara dapat mengatasi berbagai tujuan: meningkatkan kualitas perawatan untuk lansia, meningkatkan profesionalisme peran pengasuhan, menciptakan peluang ekonomi, dan memastikan keberlanjutan layanan perawatan jangka panjang. Melalui dialog dan kolaborasi lintas regional, acara ini bertujuan untuk mengatasi keharusan ganda untuk meningkatkan perawatan bagi lansia dan menciptakan peluang ekonomi dengan memperluas ekonomi perawatan. Dengan menyatukan para ahli dan pembuat kebijakan, acara ini akan mendorong pertukaran praktik terbaik dan mempromosikan inovasi dalam sistem perawatan jangka panjang dan pengembangan tenaga kerja.

Download PDF

 

Unboxing Innovations for NCDs Prevention

Sesi ini mengeksplorasi bagaimana teknologi dapat dimanfaatkan untuk mempromosikan kesehatan di komunitas yang kurang terlayani. Dengan menyoroti contoh aplikasi yang sukses dan mendorong diskusi tentang mengatasi tantangan implementasi, diskusi ini bertujuan untuk mendorong lahirnya solusi inovatif dan mengadvokasi peningkatan investasi dalam inisiatif berbasis teknologi.

Terdapat dua fokus dalam sesi ini yaitu (1) Pentahapan untuk Implementasi Skala Besar, yaitu strategi untuk memperluas teknologi kesehatan untuk menjangkau populasi yang lebih luas secara efektif, dan (2) Evaluasi untuk Efektivitas dan Efektivitas Biaya (termasuk SROI/social return on investment) yaitu metode untuk menjustifikasi dan memobilisasi pembiayaan untuk teknologi promosi kesehatan dengan menilai dampak dan nilainya.

Contoh yang digunakan adalah pemanfaatan AI untuk deteksi untuk kanker payudara di negara bagian yg miskin di India (Punjab) yang dimulai sejak 2017 (prototype) hingga akhirnya di-roll out (2023) bukan hanya di negara bagian tersebut tetapi juga di seluruh India.

Untuk melakukan penskalaan suatu inovasi diperlukan beberapa kunci pentahapan:

  • Adequate performance testing (pilot testing harus dilakukan untuk intended population)
  • Real world field study
  • Prospective blinded study by independent parties (khususnya untuk menilai cost effectiveness and sustainability)
  • Regulatory clearances untuk memastikan perbaikan akses (affordability, acceptability and availability): pemerintah harus memastikan safety-nya dan memastikan ada referensi regulasi (termasuk dari negara-negara maju) untuk diadopsi menjadi regulasi nasional

Sementara untuk efisiensi dan efektivitas biaya, beberapa metode penapisan teknologi (Health Technology Assessment / HTA) dapat digunakan tergantung pada tujuan yang ingin dicapai: apakah untuk meminimalisasi biaya, atau untuk memastikan bahwa lebih banyak benefit diperoleh dengan biaya yang sama.
Untuk sektor kesehatan, pertimbangan mengenai bagaimana suatu investasi menghasilkan return adalah dengan menggunakan perspektif social return on investment (SROI) yang melihat manfaat tidak hanya manfaat ekonomi tetapi juga manfaat sosial (untuk manusia) dan lingkungan. Thailand melakukan SROI untuk sekitar 7 project promosi Kesehatan yang mereka lakukan.

Diskusi 1: Kasus Penggunaan Teknologi Inovatif pada Penyakit Tidak Menular (PTM)

pmac 3Penggunaan teknologi inovatif dalam intervensi klinis dan kesehatan masyarakat semakin populer dalam beberapa tahun terakhir, didorong oleh pesatnya perkembangan sektor teknologi. Teknologi ini telah terbukti tidak hanya menyelamatkan nyawa tetapi juga hemat biaya di berbagai bidang penyakit, terutama dalam pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan pemantauan PTM.

PTM menyumbang lebih dari 74% kematian global, hal tersebut menimbulkan tantangan besar untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 3.4. Sehingga dalam upaya  mengelola beban kesehatan yang terkait dengan PTM secara efektif dan mencapai cakupan kesehatan universal, muncul kebutuhan mendesak untuk seperangkat alat dan intervensi baru.

Manajemen PTM memerlukan pemantauan berkelanjutan dan teratur dan perawatan jangka panjang. Teknologi inovatif menawarkan paket solusi yang kuat untuk meningkatkan pengelolaan PTM. Misalnya, data pemantauan nyata/ dekat waktu dapat membantu profesional kesehatan dalam melacak kondisi pasien dan menginformasikan keputusan manajemen klinis. Selain itu, alat digital dapat membantu pasien mengatasi hambatan untuk mengakses perawatan kesehatan; telemedicine, misalnya, memungkinkan konsultasi jarak jauh.

Namun, masih ada kesenjangan yang signifikan dalam adopsi teknologi medis di wilayah tersebut. Untuk meningkatkan hasil pasien dan mengurangi biaya perawatan kesehatan, penting untuk mempercepat pemanfaatan teknologi terbaru dalam mengelola PTM. Mengatasi kesenjangan ini tidak hanya akan meningkatkan hasil pasien tetapi juga berkontribusi pada sistem kesehatan yang lebih berkelanjutan di seluruh masyarakat.

Diskusi 2: Bagaimana kita akan membiayai kolaborasi Selatan-Selatan di bidang teknologi dan PTM?

Kesenjangan tetap akan ada diantara negara dan wilayah terkait pemanfaatan teknologi dalam penanganan PTM. Kesenjangan ini dapat dikaitkan dengan kesiapan dan kesiapan sistem kesehatan, kapasitas tenaga kesehatan nasional, komitmen politik, dan ketersediaan rencana kesehatan digital yang kuat. Akibatnya, terdapat kebutuhan mendesak untuk mobilisasi sumber daya diantara mitra regional untuk berinvestasi dalam teknologi yang mengatasi PTM secara efektif.

Menurut WHO dan  International Telecommunication Union (ITU), investasi sederhana tambahan sebesar US $ 0,24 per pasien per tahun dalam telemedicine, pesan seluler, dan chatbot dapat menyelamatkan lebih dari 2 juta nyawa dan mendapatkan sekitar 5 juta tahun kehidupan dalam dekade berikutnya. Hal ini menggarisbawahi kasus yang menarik untuk berinvestasi dalam teknologi di PTM, karena investasi kecil akan menghasilkan pengembalian yang substansial atas hasil kesehatan dan ekonomi.

Namun, mengamankan investasi yang diperlukan saja tidak cukup. Salah satu inisiatif strategis di bawah Strategi Global WHO tentang Kesehatan Digital 2020-2025 yaitu menekankan pentingnya kolaborasi global. Kolaborasi antara entitas pemerintah, sektor swasta seperti industri teknologi, organisasi masyarakat sipil dan sektor filantropi dapat memanfaatkan keahlian dan sumber daya untuk memfasilitasi penerapan teknologi dalam manajemen PTM. Ini juga akan mengarah pada penggunaan sumber daya yang lebih efisien dan menghasilkan rencana strategis berbasis bukti.

Dalam rangka membuka jalan ke depan bagi Global South dalam memanfaatkan teknologi digital untuk manajemen PTM, penting untuk memulai diskusi yang berfokus pada pembiayaan kolaborasi multi-sektoral. Mengatasi kesenjangan ini melalui upaya terkoordinasi tidak hanya akan meningkatkan pemberian layanan kesehatan tetapi juga memastikan bahwa kemajuan teknologi bermanfaat bagi populasi yang membutuhkan di seluruh wilayah.

Towards UHC coverage: Innovative Technology for early screening and management of diabetes

Sesi ini terdiri dari dua panel yang membahas pengalaman di Hong Kong dan Korea Selatan. Para pembicara berasal dari Chinese University of Hong Kong (Prof Ronald Ma), Seoul National University (Prof Young Mi-Cha)  dan filantropi (the Hong Kong Jockey Club Charities Trust). 

Sesi 1 - Mengubah Perawatan Diabetes: Peran Pemantauan Glukosa Berkelanjutan dan Perangkat wearable

Sekitar 537 juta orang dewasa secara global hidup dengan diabetes, angka yang diproyeksikan akan melonjak 46% menjadi 783 juta pada tahun 2045. Tren yang mengkhawatirkan menggarisbawahi kebutuhan mendesak akan strategi manajemen yang efektif. Integrasi AI dan teknologi kesehatan digital, seperti CGM (alat pemantau glukosa) dan perangkat IoT (internet of things) yang dapat dikenakan merevolusi perawatan diabetes melalui dua perubahan paradigma utama.

  1. Mengubah Praktik Pemantauan Glukosa: CGM mengubah cara kadar glukosa dipantau dengan memberikan data yang berkelanjutan dan real-time. Ini memperkenalkan metrik time in range (TIR), menawarkan penilaian kontrol glikemik yang lebih komprehensif dibandingkan dengan metode pemantauan intermiten. Hal ini juga memfasilitasi tindakan cepat untuk memperbaiki glukosa abnormal.
  2. Pemanfaatan Big Data dan Analitik AI: Data besar yang dihasilkan oleh perangkat CGM dianalisis dengan data besar dan algoritma AI, yang berpotensi mengungkap wawasan tentang bagaimana faktor-faktor seperti diet, aktivitas fisik, emosi, obat-obatan, pola tidur, dan periode istirahat memengaruhi kadar glukosa. Ini memungkinkan manajemen diabetes yang dipersonalisasi dan proaktif.

Aplikasi teknologi ini memberikan wawasan tentang cara menggunakan data yang dipersonalisasi untuk memberdayakan perubahan perilaku dan mempersonalisasi pengobatan yang bertujuan mencegah komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup.

Sesi 2 - Mendorong Transformasi Sistem Kesehatan melalui Skrining Dini dan Manajemen Terpadu Berbasis Data untuk Diabetes

Meningkatnya prevalensi global penyakit tidak menular menghadirkan tantangan signifikan bagi sistem kesehatan yang berusaha mencapai Cakupan Kesehatan Universal. Beberapa PTM meningkatkan risiko kematian akibat komplikasi kardiovaskular, ginjal, diabetes dan kanker sebesar 1,3 hingga 3 kali lipat. Peringkat ke-8 di antara semua kondisi yang berkontribusi pada DALYs, diabetes memerlukan deteksi dini dan manajemen yang efektif untuk mencegah komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup.

Menyadari perlunya model skrining dan intervensi yang komprehensif di tingkat perawatan primer, sebuah proyek percontohan dimulai di bawah dukungan The Hong Kong Jockey Club Charities Trust untuk mengembangkan model pencegahan dan perawatan presisi bertingkat risiko yang memanfaatkan penanda biogenetik dan algoritma data besar. Inisiatif ini melengkapi Program Joint Asia Diabetes Evaluation (JADE) berbasis web yang menggunakan teknologi terintegrasi untuk menyediakan skrining dan penilaian diabetes komprehensif yang terstruktur, mendukung pengumpulan dan analisis data yang berkelanjutan, mempromosikan pengambilan keputusan berbasis bukti untuk meningkatkan outcome pasien. Model pencegahan presisi (precision prevention) menggunakan risiko bertingkat  berbasis komunitas akan mengidentifikasi individu berisiko tinggi untuk intervensi multikomponen untuk mengurangi kejadian dan perkembangan menuju diabetes dan komplikasinya.

Inovasi teknologi menawarkan solusi yang potensial untuk meningkatkan perawatan diabetes. Teknologi berbasis data telah mengubah sistem perawatan kesehatan Hong Kong dengan memperkuat kesehatan primer dan mengoptimalkan alokasi sumber daya kesehatan yang diperlukan untuk mencapai Cakupan Kesehatan Universal. Mengingat potensi penerapan yang luas dan pelajaran yang dipetik, solusi inovatif dapat dimanfaatkan untuk mengatasi tantangan kesehatan yang mendesak.

Namun tentu saja teknologi ini juga menghadapi beberapa tantangan. Pertama adalah mengedukasi pasien dan keluarganya, sehingga diperlukan eksposure yang lebih besar untuk manfaat dari CGM dan IoT dalam manajemen diabetes. Kedua, pendidikan tenaga kesehatan perlu dipersiapkan untuk dapat menggunakan dan mengoptimalisasi penggunaan peralatan ini. Ketiga, industri perlu dilibatkan untuk negosiasi biaya produksi. Keempat, pemerintah perlu dipastikan memberi dukungan regulasi dan kebijakan yang kondusif termasuk memastikan pembiayaan (termasuk bila alat ini menjadi bagian dari paket manfaat sistem asuransi sosial). Kelima, filantropi dapat dilibatkan pada inisiasi awal untuk melakukan investasi yang diperlukan terutama pada tahap awal.

Global Health 2050: Leveraging technological advances to halve premature deaths by 2050

Sesi ini diselenggarakan oleh JICA, Institute of Philanthropies dan Lancet Commission on Investing in Health.

The Lancet membentuk Komisi Investasi dalam Kesehatan (CIH) pada 2012 untuk menandai peringatan 20 tahun penerbitan Laporan Pembangunan Dunia 1993 Bank Dunia, "Berinvestasi dalam Kesehatan." Komisi ini diketuai oleh Lawrence Summers, mantan Menteri Keuangan AS dan Presiden Emeritus Universitas Harvard, dan diketuai bersama oleh Dean Jamison di University of Washington.

The Lancet menerbitkan laporan pertama CIH pada 2013, berjudul "Kesehatan Global 2035: dunia yang menyatu dalam satu generasi". Meningkatnya ketegangan geopolitik, tantangan terhadap globalisasi, konflik kekerasan, perubahan iklim, penuaan populasi, dan, yang paling signifikan, pandemi COVID-19 telah menentukan tahun-tahun setelah publikasi laporan kedua. Mengingat pada 2023 menandai peringatan sepuluh tahun CIH 1.0, dan lanskap pembangunan global telah banyak berubah selama dekade terakhir ini, The Lancet mengundang CIH untuk mengembangkan laporan CIH 3.0 untuk menilai keadaan kesehatan global di dunia pasca-COVID. Mereka meluncurkan laporan, "Kesehatan global 2050: jalan menuju pengurangan separuh kematian dini pada pertengahan abad" pada Oktober 2024 di KTT Kesehatan Dunia di Berlin.

Salah satu kesimpulan utama dari laporan ini yaitu mengurangi separuh probabilitas kematian dini (didefinisikan sebagai kematian sebelum usia 70 tahun) pada tahun 2050, atau "50 kali 50" dapat dilakukan, sebagian besar karena ketersediaan teknologi mutakhir yang akhir-akhir ini dikembangkan. Saat ini ada 1498 kandidat obat, vaksin, dan diagnostik dalam jalur pengembangan produk untuk penyakit yang terabaikan (neglected diseases), penyakit menular yang baru muncul (emerging infectious diseases), dan kesehatan ibu. Diperkirakan bahwa berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan untuk memajukan kandidat ini akan menghasilkan 453 peluncuran produk antara 2023 dan 2044 di bawah skenario kasus dasar yang konservatif. Dengan koordinasi yang lebih baik, jumlah produk yang lebih besar dapat diluncurkan. Biaya tambahan di luar pengeluaran saat ini untuk penelitian dan pengembangan, akan menjadi $1,4–7 miliar per tahun, tergantung pada kompleksitas kandidat produk yang diluncurkan. Penghematan biaya yang substansial dapat dicapai—sekitar $9 miliar dari 2023 hingga 2044—jika efisiensi ekosistem diterapkan (e.g. kecerdasan buatan dan desain uji klinis cerdas).

 

Link Terkait

  1. Isu seputar pemanfaatan teknologi digital untuk pembiayaan kesehatan yang lebih efisien dan efektif
  2. Isu seputar pengembangan kapasitas tenaga kesehatan di era teknologi digital
  3. Pemanfaatan teknologi digital untuk pelayanan Kesehatan di isu-isu prioritas global
  4. Isu seputar tata kelola dan etika pemanfaatan teknologi digital

 

Isu seputar pengembangan kapasitas tenaga kesehatan di era teknologi digital

Tech-Empowered Health Workers: Skills for the Future

pmca 5Kemajuan pesat teknologi kesehatan digital, termasuk kecerdasan buatan (AI), telemedicine, kesehatan seluler, dan analitik data, mengubah layanan kesehatan di seluruh dunia. Teknologi ini memiliki potensi besar untuk meningkatkan efisiensi, kualitas, dan akses ke perawatan, terutama dalam pengaturan sumber daya yang terbatas. Transformasi ini memerlukan evolusi yang sesuai dalam keterampilan dan kompetensi yang dibutuhkan dari seluruh tenaga kesehatan, dari spesialis di pusat kota hingga petugas kesehatan masyarakat (community health worker/ CHW/ kader) di daerah terpencil.

Kader memainkan peran penting dalam memberikan layanan kesehatan primer dan pencegahan, telah terbukti sangat diperlukan, terutama selama kondisi darurat kesehatan masyarakat seperti pandemi COVID-19. Memberdayakan kader dengan alat dan pengetahuan digital sangat penting untuk memperluas jangkauan sistem perawatan kesehatan dan mencapai cakupan kesehatan universal (UHC). Selain itu, memastikan bahwa semua petugas kesehatan diperlengkapi untuk memanfaatkan teknologi untuk perawatan yang berpusat pada pasien, pengembangan profesional, dan pengambilan keputusan berbasis data sangat penting untuk memaksimalkan dampak dari inovasi ini.

Munculnya model bahasa besar (large language model/ LLM) dan alat AI lainnya menghadirkan peluang unik untuk tidak hanya merevolusi pelatihan tenaga kesehatan tetapi juga untuk meningkatkan standar perawatan secara keseluruhan dengan mendemokratisasi akses ke pengetahuan khusus dan sistem dukungan keputusan (decision support system). Dengan memanfaatkan AI, kita berpotensi membekali petugas kesehatan di semua tingkatan dengan alat yang meningkatkan keterampilan mereka, meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan mereka, dan memungkinkan mereka memberikan perawatan yang lebih konsisten dan berkualitas tinggi, bahkan dalam pengaturan yang terbatas sumber daya.

Empowering Digital Competency in Health Workforce for Resilient Health Systems

Teknologi digital seperti kecerdasan buatan (AI) terus membentuk kembali layanan kesehatan, ada kebutuhan mendesak bagi tenaga kerja kesehatan untuk tidak hanya mengimbangi tetapi juga diberdayakan dengan keterampilan dan kompetensi yang diperlukan untuk memanfaatkan alat ini untuk pemberian layanan kesehatan yang lebih baik. Sistem kesehatan harus merangkul inovasi dan mempersiapkan tenaga kerja untuk masa depan dimana alat digital memainkan peran penting dalam menanggapi keadaan darurat kesehatan masyarakat dan pemberian layanan kesehatan sehari-hari.

Konferensi Aliansi Aksi Asia-Pasifik tentang Sumber Daya Manusia untuk Kesehatan (AAAH) ke-13, yang diadakan di Laos, mengeksplorasi tema, "Membangun Tenaga Kerja Kesehatan yang Tangguh dan Mempersiapkan Keadaan Darurat Kesehatan Masyarakat di Masa Depan." Konferensi diakhiri dengan prinsip penting bahwa kompetensi yang dipasangkan dengan komitmen (C + C = R) adalah dasar dari tenaga kerja kesehatan yang tangguh. Para peserta menekankan perlunya perubahan sistemik untuk mempersiapkan tenaga kesehatan secara efektif menghadapi keadaan darurat kesehatan masyarakat di seluruh kawasan Asia-Pasifik.

Empat pendorong utama diidentifikasi sebagai penting untuk transformasi sistem kesehatan: berbasis data, berbasis digital, berbasis kompetensi, dan berbasis komunitas.  Faktor-faktor ini, yang disebut sebagai model 2D dan 2C, menyoroti perlunya sistem kesehatan untuk mengintegrasikan data, alat digital, kompetensi, dan keterlibatan masyarakat untuk mendorong perubahan yang efektif. Dengan teknologi digital seperti AI yang semakin terintegrasi ke dalam sistem perawatan kesehatan, ada dorongan kuat untuk solusi yang meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan, terutama dalam pengaturan perawatan kesehatan primer.

Peluang yang signifikan terletak pada meningkatnya kehadiran tenaga kesehatan yang masih berada di awal karir, karena mereka adalah generasi yang tumbuh di era digital. Keakraban mereka dengan alat digital menghadirkan peluang dan tantangan ganda. Pelatihan dan persiapannya harus berkembang agar selaras dengan transformasi digital perawatan kesehatan, memastikan mereka dilengkapi untuk memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan rutin dan darurat.

Namun, pemberian layanan kesehatan di perkotaan dan pedesaan menghadapi tantangan unik dalam hal beradaptasi dengan solusi kesehatan digital. Konteks ini memerlukan alat digital yang disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan spesifik setiap komunitas. Faktor kunci dalam mencapai kesetaraan kesehatan, terutama di daerah yang kurang terlayani, adalah memberdayakan tenaga kesehatan dengan literasi digital yang memungkinkan mereka untuk memahami dan secara efektif menggunakan alat digital dalam pekerjaan sehari-hari mereka.

Saat membangun sistem kesehatan yang tangguh, pelatihan berbasis kompetensi menjadi penting untuk memastikan petugas kesehatan siap merespons keadaan darurat secara efektif. Ini sangat penting untuk penyampaian perawatan kesehatan yang berkelanjutan dan efisien. Pelatihan yang menekankan keterampilan teknis dan kompetensi digital akan memastikan bahwa tenaga kesehatan mampu beradaptasi dengan teknologi baru dan memenuhi tuntutan sektor kesehatan yang terus berkembang.

Dengan berinvestasi dalam kompetensi digital petugas kesehatan, kita tidak hanya mengatasi kesenjangan pengetahuan tetapi juga memastikan pemberian layanan kesehatan berkualitas tinggi dan adil. Pendekatan ini sangat penting untuk membangun tenaga kesehatan yang tangguh, mencapai Cakupan Kesehatan Universal (UHC), dan secara efektif menanggapi keadaan darurat kesehatan masyarakat dalam menghadapi transisi demografis.

Majelis Kesehatan Dunia (WHA) telah mengadopsi beberapa resolusi yang berfokus pada kesehatan digital dan pengembangan tenaga kerja, seperti Strategi Global Kesehatan Digital 2020 dan Strategi Pendidikan Tenaga Kesehatan Kesehatan 2021. Inisiatif ini sejalan dengan tujuan WHO untuk mencapai cakupan kesehatan universal (UHC) dengan memperkuat HWF melalui pendidikan berbasis teknologi dan pengembangan profesional yang berkelanjutan.

Melalui inisiatif ini, WHA bertujuan untuk memastikan bahwa tenaga kerja perawatan kesehatan di seluruh dunia siap menghadapi tuntutan perawatan kesehatan modern, dengan fokus utama pada literasi digital, penggunaan AI yang etis, dan kolaborasi antarprofesional. Komitmen WHA menyoroti peran penting teknologi kesehatan dalam membentuk masa depan pendidikan perawatan kesehatan dan pada akhirnya meningkatkan hasil perawatan pasien secara global. Beberapa langkah yang diambil antara lain:

  1. Memperkuat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
    Pelatihan tenaga kesehatan penting untuk terus berkembangnya permintaan kesehatan, terutama di daerah yang kurang terlayani. Dengan memanfaatkan teknologi kesehatan, program pendidikan dapat menjangkau lebih banyak siswa dan memberikan pelatihan yang lebih terstandar di berbagai pengaturan. Investasi dalam literasi kesehatan digital bagi pendidik dan siswa didorong untuk memastikan kedua kelompok dapat secara efektif menggunakan alat dan data digital dalam pengambilan keputusan klinis.
  1. Mempromosikan Platform Kesehatan Digital dan E-Learning
    Platform pembelajaran digital dianjurkan untuk memungkinkan pendidikan jarak jauh dan memperluas akses ke pelatihan bagi tenaga kesehatan di daerah dengan sumber daya rendah dan terpencil. Platform digital juga mendukung pembelajaran seumur hidup dan pengembangan profesional yang berkelanjutan, memungkinkan tenaga kesehatan untuk tetap up-to-date dengan pengetahuan dan teknologi medis baru.
  1. Memajukan Pembelajaran Berbasis Simulasi dan Pengalaman
    Integrasi pelatihan berbasis simulasi, virtual reality (VR), dan augmented reality (AR) dalam pendidikan tenaga kesehatan meningkatkan keterampilan praktis dan meningkatkan kompetensi. Integrasi etika AI ke dalam kurikulum tenaga kesehatan, mempersiapkan para penyedia layanan di masa depan menavigasi tantangan etika yang ditimbulkan oleh inovasi kesehatan digital.
  1. Memastikan Penggunaan AI dan Big Data yang Etis dalam Pendidikan
    Menyadari kebangkitan AI dalam pendidikan, kerangka kerja etis dipromosikan untuk penggunaannya, memastikan privasi data dan transparansi dalam alat pendidikan berbasis AI. Penggunaan AI untuk pembelajaran adaptif dan pelatihan yang dipersonalisasi didorong sambil menekankan perlunya tata kelola yang etis.
  1. Membangun Model Pendidikan Interprofesional dan Kolaboratif
    Pendidikan interprofesional adalah kolaborasi lintas disiplin ilmu kesehatan yang berbeda yang menumbuhkan kerja tim dan keterampilan komunikasi. Dengan menggunakan platform digital kolaboratif, tenaga kesehatan dari berbagai bidang dapat berlatih bersama, mensimulasikan skenario dunia nyata dimana kerja tim interdisipliner sangat penting. Kemitraan global dapat menekankan pendekatan kolaboratif, yang sangat penting untuk mengelola kebutuhan pasien yang kompleks.
  1. Peningkatan Kapasitas untuk Retensi dan Ketahanan Tenaga Kesehatan
    Dengan kekurangan tenaga kerja yang sedang berlangsung di sektor kesehatan di banyak negara, maka menggunakan teknologi untuk pengembangan kapasitas dan retensi sangat penting. Melalui kesempatan belajar berkelanjutan, pelatihan telemedicine, dan pendampingan digital, petugas kesehatan lebih cenderung untuk tetap termotivasi dan merasa didukung dalam menjalankan peran mereka.
  1. Mengembangkan Pedoman dan Standar Pendidikan Kesehatan Digital
    Standar internasional untuk pendidikan kesehatan digital memastikan bahwa pembelajaran yang didukung teknologi memenuhi tolok ukur berkualitas tinggi. Ini melibatkan kerja sama dengan tenaga kesehatan, lembaga pendidikan, dan sektor swasta untuk mengembangkan pedoman penggunaan alat kesehatan digital dalam pendidikan.

 

Link Terkait

  1. Isu seputar pemanfaatan teknologi digital untuk pembiayaan kesehatan yang lebih efisien dan efektif
  2. Isu seputar pengembangan kapasitas tenaga kesehatan di era teknologi digital
  3. Pemanfaatan teknologi digital untuk pelayanan Kesehatan di isu-isu prioritas global
  4. Isu seputar tata kelola dan etika pemanfaatan teknologi digital

 

Isu seputar pemanfaatan teknologi digital untuk pembiayaan kesehatan yang lebih efisien dan efektif

Data driven decision making for health: leveraging claims data

Sejumlah besar data secara rutin dikumpulkan oleh sistem kesehatan di banyak negara berpenghasilan rendah dan menengah saat ini. Hal yang paling relevan adalah adanya database yang berisi informasi yang ditangkap sebagai bagian dari episode pemanfaatan yang sering tersedia dari penyelesaian klaim, atau sebagai bagian dari sistem informasi manajemen kesehatan. Data ini merupakan sumber informasi real-time yang berpotensi kuat untuk digunakan sebagai perencanaan kesehatan populasi tetapi seringkali tidak dieksploitasi sebanyak mungkin untuk menginformasikan pembuatan kebijakan.

Ada beberapa karakteristik data ini yang membedakannya dari sumber informasi kesehatan yang lebih tradisional, misalnya, data ini umumnya tidak mewakili populasi karena hanya mampu menangkap informasi secara terbatas hanya dari sebagian dari mereka yang memiliki cakupan atau terbatas pada mereka yang menggunakan layanan. Selain itu, ini sering kali merupakan 'data besar': besar, kompleks, dan relatif jarang, membuatnya lebih mudah diterima dengan prediktif daripada analitik kausal.

Sesi ini dirancang sebagai workshop agar peserta belajar bagaimana menerapkan konsep inti analitik data ke database klaim perawatan kesehatan untuk analisis kebijakan sistem kesehatan. Sesi ini dirancang untuk memberikan pemahaman tentang manajemen, analisis, dan interpretasi data perawatan kesehatan yang beragam tetapi dengan fokus khusus pada analisis episode pemanfaatan yang secara rutin dikumpulkan untuk menyelesaikan klaim. Peserta dihadapkan pada berbagai topik, termasuk paparan mendalam terhadap konsep analitik dasar; berbagai metodologi berbeda yang digunakan untuk mengumpulkan data; berbagai teknik untuk menganalisis data tersebut dengan tepat; dan panduan tentang bagaimana menyajikan hasil analisis tersebut.

Beberapa latihan analitik yang digunakan adalah menilai lama tinggal untuk episode rawat inap, menghitung tingkat rawat inap yang berpotensi dicegah dari kondisi sensitif rawat jalan, memahami pola pemanfaatan untuk pasien berbiaya tinggi dengan kebutuhan tinggi, menganalisis tingkat persalinan operasi caesar, serta contoh penggunaan data klaim perawatan kesehatan untuk menilai dampak polusi udara dan gelombang panas.

Connecting technology and sustainable financing for human-centred healthcare

AI, analitik big data, dan teknologi lainnya dapat digunakan untuk mengoptimalkan alokasi sumber daya untuk sistem kesehatan, mengurangi biaya administrasi, meningkatkan intervensi yang targeted dan memastikan bahwa masyarakat memiliki akses yang adil dan aman sesuai dengan kebutuhan spesifik mereka.

Bagaimana kita bisa membuat AI adil bagi umat manusia? Apa pertimbangan dan perlindungan etika dan tata kelola untuk memastikan bahwa bahkan orang-orang yang paling terpinggirkan dalam masyarakat dapat menuai manfaat sementara potensi bahaya diminimalkan? Diskusi para panelis mencakup identifikasi dan kerahasiaan pasien, sistem pembayaran otomatis untuk penyedia layanan kesehatan; analitik data untuk mengidentifikasi intervensi hemat biaya, alokasi kesehatan masyarakat dan rencana kesehatan individu, dan deteksi penipuan/ fraud bertenaga AI dalam klaim asuransi kesehatan.

Machine learning dan teknologi digital lainnya dapat membantu pemerintah menyelaraskan investasi kesehatan dengan prioritas nasional untuk mencapai SDGs, termasuk UHC. Hal ini termasuk investasi dalam promosi kesehatan, dan pencegahan dan pengobatan penyakit menular dan tidak menular. Namun, di sisi lain, para panelis menyoroti pentingnya menambahkan pertimbangan etis, peraturan, standar, dan mekanisme tata kelola dalam desain, pengembangan, dan penerapan sistem berbasis AI, termasuk pengawasan peraturan untuk transparansi, keamanan, konsistensi, dan kualitas.

Innovative Technologies to Leverage Health Financing for UHC

Pembiayaan kesehatan adalah salah satu blok bangunan sistem kesehatan dan teknologi kesehatan digital telah mengubah cara bagaimana pembiayaan kesehatan diorganisir. Fungsi pembiayaan kesehatan biasanya termasuk (1) penggalangan pendapatan (sumber dana, termasuk anggaran pemerintah, skema asuransi prabayar wajib atau sukarela, pembayaran langsung oleh pengguna, dan bantuan eksternal), (2) pengumpulan/pooling dana (akumulasi dana prabayar atas nama beberapa atau semua populasi), dan (3) pembelian layanan (pembayaran atau alokasi sumber daya kepada penyedia layanan kesehatan).

pmac 1Teknologi digital dapat mengubah sifat proses bisnis dan interaksi antar aktor. Teknologi menawarkan potensi efisiensi untuk merampingkan proses dan mengurangi kemungkinan  penipuan/ fraud, meningkatkan pengumpulan pendapatan melalui aplikasi dompet seluler, misalnya, dan berpotensi meningkatkan kesetaraan dengan memperluas akses ke perawatan melalui telehealth, misalnya, jika ditanggung oleh skema asuransi publik. Pembelian strategis dapat memanfaatkan penilaian teknologi kesehatan (Health Technology Assesment/ HTA) dan ketersediaan data dapat memungkinkan keputusan berdasarkan bukti. Pada tingkat individu, teknologi digital untuk kesehatan memungkinkan rumah tangga untuk mengelola uang mereka dengan lebih baik menggunakan teknologi. Namun, ada juga risiko seperti potensi meningkatnya ketidaksetaraan, kebutuhan investasi awal yang besar, dan potensi fragmentasi. Keamanan data dan interoperabilitas sistem adalah perhatian utama dalam penerapan teknologi digital. Tantangan-tantangan ini membutuhkan solusi inovatif yang dapat membuka jalan bagi penggunaan teknologi kesehatan digital untuk pembiayaan kesehatan dan memastikan bahwa pembiayaan untuk kesehatan dapat berkelanjutan, memadai, adil, dan efisien.

Sesi ini membahas isu-isu utama pada penerapan teknologi kesehatan digital di seluruh fungsi pembiayaan kesehatan (pengumpulan, pengumpulan, dan pembelian), yaitu:

  • Penggunaan AI untuk audit atau deteksi penipuan, pemborosan, dan penyalahgunaan dalam pembiayaan kesehatan
  • Penilaian Teknologi Kesehatan (HTA) teknologi kesehatan inovatif
  • Solusi pembayaran cerdas untuk pembiayaan kesehatan bagi pembayar dan penyedia
  • Efisiensi terkait digitalisasi proses

Pembicara termasuk Big Data Institute (Thailand), Asian Development Bank (ADB) dan BPJS Kesehatan (Indonesia).

 

Link Terkait

  1. Isu seputar pemanfaatan teknologi digital untuk pembiayaan kesehatan yang lebih efisien dan efektif
  2. Isu seputar pengembangan kapasitas tenaga kesehatan di era teknologi digital
  3. Pemanfaatan teknologi digital untuk pelayanan Kesehatan di isu-isu prioritas global
  4. Isu seputar tata kelola dan etika pemanfaatan teknologi digital

 

Reportase Hari Keempat

Policy Course on Health System Transformation: Private Sector Engagement for Primary Care Led Integrated Health Care

28 November 2024

Ringkasan Hari ke 2 dan 3

28nov 1Pada hari keempat kursus kebijakan yang berlangsung pada 26 November 2024, Shita Dewi, selaku Peneliti dari Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada, membuka sesi dengan memberikan ulasan dari pertemuan sebelumnya. Shita mengajak para peserta untuk berdiskusi lebih lanjut tentang topik yang telah dibahas sebelumnya dan menyoroti poin-poin penting yang disampaikan para narasumber.

 

 

Sistem Kontrak dalam Pelayanan Primer

28nov 1Pembicara selanjutnya adalah Prof. Laksono Trisnantoro, Direktur ANHSS dan Profesor Kebijakan serta Manajemen Kesehatan dari Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada, Indonesia yang menyampaikan sistem kontrak dalam pelayanan primer. Kerja sama antara sektor publik dan swasta dalam layanan kesehatan menjadi strategi penting untuk memperluas akses dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

Melalui kontrak formal, pemerintah dapat mengatur hubungan dengan penyedia layanan kesehatan swasta, termasuk mengatur cakupan, kualitas, dan kuantitas layanan yang diberikan. Kontrak ini juga menciptakan akuntabilitas melalui mekanisme penghargaan dan penalti, memungkinkan sektor swasta berkontribusi secara signifikan dalam mengisi kekurangan layanan kesehatan, terutama di wilayah yang kurang terlayani. Pendekatan ini mendukung tercapainya cakupan kesehatan universal (UHC), memastikan seluruh masyarakat memiliki akses ke layanan kesehatan tanpa beban finansial yang berat.

Kerja sama ini mendorong efisiensi melalui inovasi pembiayaan, seperti kontrak berbasis kinerja yang menghubungkan pembayaran dengan pencapaian target tertentu. Namun, pelaksanaannya menghadapi tantangan seperti dukungan politik yang terbatas, kendala manajerial di sektor swasta, dan kesulitan dalam menetapkan harga layanan yang tepat. Untuk mengatasinya, pemerintah perlu memperkuat kemampuan dalam menyusun dan mengawasi kontrak, serta membangun kepercayaan dengan mitra swasta. Dengan pengelolaan yang baik, kemitraan ini dapat menjadi solusi jangka panjang dalam memperbaiki sistem kesehatan masyarakat secara menyeluruh.

Sistem Kontrak dalam Pelayanan Primer: Studi Kasus Hong Kong

28nov 1Selanjutnya, pemateri kedua yaitu Research Assistant Professor Kailu Wang dari The Chinese University, Hong Kong yang menyampaikan sistem kontrak dalam pelayanan primer di Hong Kong. Sistem kesehatan Hong Kong merupakan kombinasi sektor publik dan swasta yang berfungsi saling melengkapi. Layanan publik, yang diawasi oleh Biro Kesehatan dan Otoritas Rumah Sakit, menyediakan perawatan primer seperti klinik rawat jalan, klinik spesialis, dan pusat kesehatan ibu serta anak, terutama untuk kelompok rentan seperti lansia, masyarakat berpenghasilan rendah, dan pasien dengan penyakit kronis.

Sementara itu, sektor swasta melayani kasus ringan hingga penyakit kronis sederhana serta mereka yang membutuhkan akses cepat atau layanan khusus. Sebagian penyedia layanan swasta juga berpartisipasi dalam program yang didanai pemerintah. Namun, pada 2019-2020, sebagian besar pendanaan kesehatan primer berasal dari sumber swasta, sementara dana publik lebih banyak dialokasikan untuk kesehatan sekunder dan tersier, menunjukkan rendahnya investasi publik di sektor kesehatan primer.

Berbagai tantangan dihadapi sistem kesehatan primer Hong Kong, seperti minimnya investasi publik di bidang perawatan primer dan preventif, segmentasi antara sektor publik dan swasta, serta ketidakefektifan peran dokter umum swasta sebagai penjaga gerbang perawatan. Masalah ini menyebabkan waktu tunggu panjang untuk layanan spesialis dan membebani sektor publik. Selain itu, rendahnya penggunaan sumber perawatan reguler berakibat pada kurangnya kontinuitas layanan kesehatan. Untuk mengatasi hal ini, Program Perawatan Bersama Penyakit Kronis (CDCC) diluncurkan pada 2023. Program ini dirancang untuk individu berusia 45 tahun ke atas tanpa riwayat diabetes atau hipertensi, dengan dua tahap utama: skrining dan pengobatan. Peserta membayar biaya konsultasi bersama, dan jika terdiagnosis, mereka diarahkan ke layanan tindak lanjut yang mencakup berbagai spesialisasi untuk memastikan perawatan yang komprehensif.

Implementasi, Pemantauan, dan Evaluasi

28nov 1Pemateri selanjutnya adalah Professor Eng-Kiong Yeoh yang memaparkan terkait implementasi, monitoring dan evaluasi di Hong Kong. Program “Voucher Pelayanan Kesehatan Lansia” pertama kali diperkenalkan pada 1 Januari 2009 dengan skema percontohan yang memberikan lima voucher senilai HK$50 setiap tahun kepada lansia berusia 70 tahun ke atas. Program ini bertujuan melengkapi layanan kesehatan publik dengan memberikan insentif finansial agar lansia dapat memilih layanan kesehatan swasta sesuai kebutuhan mereka, termasuk perawatan preventif.

Selain itu, program ini mendorong lansia untuk membangun hubungan jangka panjang dengan dokter keluarga di sektor swasta. Sejak diluncurkan, program ini mengalami beberapa perubahan, termasuk penurunan usia kelayakan menjadi 65 tahun pada 2017 dan peningkatan nilai voucher tahunan hingga HK$2.500 pada 2023. Voucher yang tidak terpakai dapat diakumulasi hingga batas tertentu, dan cakupan layanan yang dapat diakses juga diperluas, mencakup layanan dari optometrist, audiologis, ahli gizi, psikolog, serta peralatan medis seperti alat bantu dengar.

Mekanisme program melibatkan beberapa langkah, mulai dari lansia memilih penyedia layanan terdaftar hingga pengurangan saldo voucher melalui sistem eHealth setelah mendapatkan persetujuan pengguna. Data layanan yang diberikan juga dicatat untuk keperluan pelaporan. Selain itu, program ini dinilai melalui evaluasi sosial-ekonomi, teknis, dan yudisial untuk mengukur dampak serta kesesuaian kebijakan dengan standar hukum. Dalam penelitian implementasi, kerangka kerja seperti CFIR digunakan untuk mengidentifikasi faktor keberhasilan implementasi, sedangkan kerangka ERIC menawarkan strategi untuk mengatasi hambatan. Hasil implementasi dievaluasi berdasarkan kerangka Proctor, yang mencakup penerimaan, efektivitas, dan dampak kesehatan seperti kualitas hidup dan status kesehatan peserta.

Kemudian, Yeoh menyatakan jika secara struktural, keberhasilan implementasi program bergantung pada tiga aspek utama. Infrastruktur fisik memastikan fasilitas kesehatan yang memadai dan tata letak yang mendukung efisiensi operasional. Infrastruktur teknologi informasi, seperti sistem rekam medis elektronik, membantu koordinasi kerja dan pengambilan keputusan. Infrastruktur kerja meliputi pembagian tugas dan struktur organisasi yang jelas. Selain itu, koneksi relasional seperti hubungan formal-informal serta jaringan kerja internal dan eksternal turut berperan penting dalam meningkatkan kinerja dan efektivitas program secara keseluruhan.

 

Diskusi mengenai Tantangan dan Isu dalam Sistem Layanan Kesehatan Terpadu yang Digerakkan oleh Layanan Kesehatan Primer dan Keterlibatan Sektor Swasta dalam Konteks Negara

28nov 1Setelah istirahat, kegiatan dilanjutkan dengan pemaparan hasil diskusi dari para peserta yang telah dibagi menjadi kelompok berdasarkan negara. Masing-masing kelompok menampilkan paparan mengenai tantangan dalam integrasi pelayanan kesehatan. 

Kelompok pertama yaitu Malaysia yang menjelaskan jika sektor swasta memiliki peran penting dalam sistem kesehatan Malaysia. Sektor swasta mengoperasikan 62% dari fasilitas perawatan primer melalui klinik dokter umum swasta, menyediakan 35% dari tempat tidur rumah sakit nasional, dan menangani sekitar 45% dari kunjungan rawat jalan.

Selain itu, sektor swasta juga bermitra dengan pemerintah dalam berbagai bidang, seperti perawatan medis untuk pegawai negeri, outsourcing layanan non-klinis, berbagi peralatan medis khusus, dan program pelatihan bersama untuk tenaga kesehatan. Keterlibatan sektor swasta dalam sistem kesehatan terintegrasi memiliki dampak positif dan negatif.

Dampak positifnya meliputi peningkatan aksesibilitas layanan kesehatan, pengurangan beban sektor publik, peningkatan inovasi teknologi, dan peningkatan kualitas layanan melalui persaingan. Namun, keterlibatan sektor swasta juga menimbulkan tantangan seperti disparitas biaya antar sektor, fragmentasi informasi kesehatan, variasi standar kualitas, dan distribusi layanan yang tidak merata.

Untuk meningkatkan integrasi sektor swasta dalam sistem kesehatan, diperlukan reformasi kebijakan, termasuk penyelarasan regulasi, standarisasi harga, dan transparansi biaya layanan. Pengembangan sistem terintegrasi melalui platform berbagi data juga penting untuk memastikan kontinuitas perawatan. Insentif terarah, seperti insentif finansial dan kebijakan pendukung, dapat mendorong fasilitas swasta menjangkau daerah terpencil, serta memperluas kemitraan sektor publik-swasta melalui program seperti PEKA B40 dan Skim Perubatan MADANI.

Kelompok kedua adalah Thailand.  Sistem asuransi kesehatan di Thailand terdiri dari beberapa skema utama, seperti CSMBS untuk pegawai negeri, SSS untuk pekerja formal di sektor swasta, dan UCS yang mencakup sebagian besar penduduk Thailand. Pengelolaan skema ini berada di bawah National Health Security Office (NHSO) dengan pendanaan berasal dari anggaran primer, anggaran ekstra, dan pendanaan lokal.

Anggaran primer mencakup capitation untuk layanan kesehatan universal (UC) dan non-capitation untuk kebutuhan kesehatan lainnya. Dana tersebut dialokasikan kepada berbagai penyedia layanan, termasuk rumah sakit, klinik, apotek, dan fasilitas kesehatan tradisional, untuk mendukung berbagai jenis layanan, mulai dari perawatan primer hingga perawatan paliatif. Sistem pendanaan yang kompleks ini bertujuan memastikan aksesibilitas dan kualitas layanan kesehatan bagi masyarakat.

Meskipun sistem ini mencakup banyak aspek, terdapat sejumlah tantangan utama seperti waktu persetujuan yang lama, keterbatasan lokasi layanan, dan ketidakseimbangan beban kerja penyedia. Implementasi layanan terintegrasi juga dapat memicu kendala seperti perubahan proses pembayaran dan kehilangan data pasien. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan strategi komprehensif guna memastikan keberhasilan layanan kesehatan terintegrasi. Di sisi lain, sektor swasta memainkan peran penting dengan menyediakan layanan darurat, promosi kesehatan, inovasi, dan berbagai layanan khusus seperti laboratorium, farmasi, dan fisioterapi. Keterlibatan sektor swasta ini tidak hanya meningkatkan aksesibilitas dan kualitas layanan, tetapi juga mendukung pertumbuhan ekonomi negara.

28nov 1Kelompok ketiga adalah Indonesia. Indonesia terbagi menjadi 4 kelompok yang memaparkan topik yang berbeda-beda. Kelompok pertama memaparkan terkait hipertensi. Meskipun sektor swasta memiliki potensi besar dalam mendukung manajemen hipertensi, keterlibatannya dalam layanan kesehatan primer saat ini masih terbatas. Beberapa hambatan yang menghalangi kolaborasi yang efektif antara sektor publik dan swasta meliputi kurangnya strategi keterlibatan yang terstruktur, regulasi yang ketat, dan kendala finansial.

Untuk mendorong peran sektor swasta, diperlukan langkah-langkah strategis seperti meningkatkan program skrining hipertensi di fasilitas kesehatan swasta, memperluas penggunaan aplikasi ASIK di kalangan penyedia layanan kesehatan swasta, menjamin ketersediaan obat-obatan dan peralatan yang dibutuhkan, serta meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan. Dengan mengatasi hambatan-hambatan tersebut dan mengimplementasikan strategi yang tepat, pengelolaan hipertensi dapat menjadi lebih terintegrasi dan efektif, sehingga berdampak positif pada peningkatan kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

28nov 1Kelompok kedua memaparkan kolaborasi puskesmas dengan klinik swasta. Kolaborasi antara sektor publik dan swasta menghadapi tantangan seperti komunikasi yang kurang efektif antara puskesmas dan klinik swasta akibat keterbatasan sumber daya, serta sulitnya akses pasokan obat bagi klinik swasta.

Upaya peningkatan kerja sama dilakukan melalui platform digital SATUSEHAT untuk pertukaran data, pertemuan rutin untuk memperkuat kolaborasi, dan pengadaan farmasi terintegrasi guna meningkatkan akses layanan dan efisiensi biaya. Meskipun koordinasi masih menjadi tantangan, teknologi digital menawarkan solusi potensial untuk mengatasinya.

 

 

28nov 1Kelompok ketiga memaparkan keterlibatan sektor swasta dalam promosi kesehatan untuk memperkuat layanan kesehatan primer di Indonesia. Di Indonesia, puskesmas melayani sekitar 30.000-50.000 penduduk dan bertanggung jawab atas pengelolaan program kesehatan seperti imunisasi, gizi, dan sanitasi.

Beberapa tantangan dalam sistem kesehatan primer di Indonesia meliputi meningkatnya beban penyakit tidak menular dan masalah kesehatan mental pada generasi muda, kurangnya sumber daya di fasilitas kesehatan primer, ketidaksesuaian model layanan kesehatan primer dengan kebutuhan masyarakat, dan kurangnya upaya promotif dan preventif di sektor swasta. Oleh karena itu, diperlukan redistribusi keanggotaan asuransi kesehatan untuk mengurangi beban puskesmas dan mengintegrasikan layanan primer dengan rumah sakit dalam hal promotif, preventif, dan rehabilitatif.

Kelompok keempat memaparkan terkait keterlibatan sektor swasta dalam pelayanan KIA. Saat ini, banyak praktik bidan mandiri yang memiliki alat USG, meskipun tidak memiliki kewenangan penuh untuk mengoperasikannya. Hal ini menimbulkan dilema dalam pelayanan kesehatan, khususnya bagi pasien JKN. Sistem klaim ANC di puskesmas yang mengharuskan kunjungan lengkap (1-6 kali) menciptakan celah bagi kerja sama yang lebih baik antara pemerintah dan bidan mandiri.

Pemerintah, dalam hal ini dinas kesehatan, dapat mengajak kerja sama bidan mandiri untuk memberikan pelayanan USG sebagai bagian dari paket ANC yang lengkap. Dengan demikian, bidan mandiri dapat berperan aktif dalam memastikan setiap ibu hamil mendapatkan pelayanan yang komprehensif. Sebagai imbalan, pemerintah dapat memberikan pembagian klaim dari BPJS Kesehatan kepada bidan mandiri. Mekanisme pembagian persentase dan bentuk kerja sama yang lebih rinci dapat diatur oleh dinas kesehatan setempat, bahkan melibatkan Bupati/Walikota untuk mengeluarkan Surat Keputusan sebagai payung hukum yang kuat. Kerja sama ini diharapkan dapat meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil, sekaligus memberikan manfaat finansial bagi bidan mandiri.

28nov 1Pemaparan dilanjutkan dengan kelompok selanjutnya yaitu China. Sistem kesehatan di Shanghai dan Hong Kong memiliki perbedaan yang signifikan. Shanghai mengadopsi sistem tiga tingkat, dimana layanan kesehatan primer diberikan oleh pusat kesehatan masyarakat, layanan sekunder oleh rumah sakit tingkat kabupaten, dan layanan tersier oleh rumah sakit besar di perkotaan.

Di sisi lain, Hong Kong memiliki sistem yang lebih terintegrasi dengan layanan primer, sekunder, dan tersier. Dalam hal penyedia layanan, baik Shanghai maupun Hong Kong memiliki fasilitas kesehatan publik dan swasta. Namun, di Shanghai, rumah sakit publik masih mendominasi, sedangkan di Hong Kong, sektor swasta memiliki peran yang lebih besar, terutama dalam menyediakan layanan khusus. Keduanya juga memiliki inisiatif kemitraan publik-swasta (public private partnership/ PPP) untuk meningkatkan akses layanan kesehatan.

Tantangan sistem kesehatan yang dihadapi di Shanghai seperti ketidakseimbangan distribusi sumber daya kesehatan, kapasitas layanan primer yang tidak memadai, kurangnya insentif untuk institusi primer, dan kurangnya integrasi informasi medis. Sedangkan di Hong Kong, tantangannya meliputi beban permintaan yang tinggi pada layanan kesehatan publik, keterbatasan sumber daya, dan kurangnya kepercayaan pasien terhadap layanan primer. Keduanya juga menghadapi tantangan dalam hal kualitas layanan, akuntabilitas, dan integrasi berbagai komponen sistem kesehatan. Mengatasi tantangan-tantangan ini merupakan kunci untuk membangun sistem kesehatan terpadu yang efektif dan efisien di kedua kota tersebut.

Reporter:

Monita Destiwi, Ester Febe dan Laksono Trisnantoro (PKMK UGM)

Link Terkait

 

 

 

 

 

Reportase Hari Ketiga

Policy Course on Health System Transformation: Private Sector Engagement for Primary Care Led Integrated Health Care

27 November 2024

Field Visit: Integrated Primary Care and Hospital Facility Siriraj H Solutions

27nov 1Pada hari ketiga kursus kebijakan (27/11/2024), para peserta berkesempatan untuk mengikuti kunjungan lapangan ke Siriraj H Solution. Namun, sebelum melakukan kunjungan, para peserta diajak untuk mengenal lebih dalam terkait Siriraj H Solution melalui pemaparan oleh dr. Pochamana Phisalprapa, PhD lulusan Chulalongkorn University, dan sekaligus salah satu Direktur di Siriraj Hospital.

Pemaparan meliputi penjelasan berdirinya Siriraj H Solution dan kaitannya dengan Rumah Sakit Siriraj. RS Siriraj adalah rumah sakit umum terbesar di Thailand. Dengan kapasitas lebih dari 2.000 tempat tidur dan dikunjungi oleh lebih dari tiga juta pasien per tahun. Rumah Sakit Siriraj adalah salah satu pusat medis terbesar dan tersibuk di Asia Tenggara. Rumah sakit ini merupakan salah satu pusat rujukan akhir untuk penyakit yang rumit dan langka dari semua rumah sakit di Thailand.

Pengembangan Private Wing di RS Siriraj (http://www.siphhospital.com/en/home)

27nov 2Di RS Siriraj, dikembangkan sebuah unit khusus untuk kelompok kelas menengah ke atas yang merupakan Private Wing dari Siriraj Hospital. Private Wing RS Siriraj merupakan RS yang otonom. Private Wing ini RS Siriraj berupa ditujukan untuk mendapatkan dana bagi FK dan dapat memberi subsidi silang ke RS Siriraj yang menerima pasien universal health coverage (UHC) dan dibangun sekitar 15 tahun yang lalu. Dengan demikian, RS Siriraj melihat peluang pengembangan pasien non-UHC untuk menambah revenue-nya. Private Wing tidak menerima pasien-pasien UHC. Private Wing ini dirancang untuk memenuhi permintaan masyarakat Thailand yang mempunyai dana. Mempunyai pasar yang sama dengan RS-RS swasta seperti Burungrad Hospital.

Pengembangan Klinik H Solution setahun yang lalu.

27nov 327nov 4Untuk memperkuat ekosistem kesehatan yang lebih luas, Rumah Sakit Siriraj mengembangkan Siriraj H Solutions yang merupakan klinik milik RS di tempat terpisah.

H Solutions Clinic terpisaj sekitar 7 km dari RS induknya. Keduanya sama-sama berada di tepi Sunga Chao Phraya yang legendaris di Bangkok. Siriraj H Solutions lahir dari warisan dan keahlian yang telah dibangun oleh Rumah Sakit Siriraj selama bertahun-tahun. Keduanya memiliki akar yang sama dalam memberikan pelayanan kesehatan berkualitas tinggi.

Meskipun memiliki akar yang sama, keduanya memiliki fokus yang berbeda. Rumah Sakit Siriraj lebih berfokus pada perawatan penyakit, terutama dalam kondisi akut atau darurat. Sementara itu, Siriraj H Solutions lebih mengarah pada aspek preventif, yakni menjaga kesehatan agar tidak sakit, dan memberikan pelayanan yang lebih personal dan komprehensif. Keduanya saling melengkapi dan bersinergi misalnya pasien yang telah melakukan pemeriksaan kesehatan di Siriraj H Solutions dan memerlukan perawatan lebih lanjut dapat dirujuk ke Rumah Sakit Siriraj.

Letak Klinik H Solution RS Siriraj berada di Lantai 5 sebuah mall di Bangkok, bersebelahan dengan Icon Siam yang sangat ramai di tepi sungai Chao Phraya

Apa yang dilakukan di H Solution?

27nov 5Siriraj H Solutions menargetkan pelanggan dengan berbagai usia, baik yang ingin menjaga kesehatan secara preventif maupun mereka yang memiliki penyakit non-komunikabel (NCD). Pelayanan yang ditawarkan meliputi pemeriksaan inovatif, pengobatan preventif, keseimbangan pikiran dan tubuh, serta terapi revitalisasi dan anti-aging. Seluruh layanan ini didukung oleh tim dokter berpengalaman, teknologi medis inovatif, dan pendekatan yang berpusat pada pelanggan.

Siriraj H Solutions merupakan sebuah klinik untuk pusat pelayanan kesehatan pencegahan dan pelayanan kesehatan yang integratif, termasuk untuk pelayanan kesehatan tradisional.

Berbagai pelayanan yang dilakukan?  https://sirirajhsolutions.com/en

27nov 6Konsep pelayanan ini bertujuan untuk mendeteksi penyakit lebih awal, melakukan intervensi proaktif, dan memberikan solusi perawatan yang cerdas. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa Siriraj H Solutions adalah perwujudan dari komitmen RS Siriraj untuk memberikan layanan kesehatan yang lebih lengkap dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat modern, yaitu layanan yang tidak hanya fokus pada pengobatan, tetapi juga pada pencegahan dan peningkatan kualitas hidup

Siriraj H Solutions merupakan sebuah pusat kesehatan inovatif yang berlokasi di lantai 5 gedung ICS Lifestyle Complex. Dengan luas sekitar 300 meter persegi, pusat kesehatan ini menawarkan berbagai layanan kesehatan preventif dan gaya hidup sehat yang komprehensif. Siriraj H Solutions didesain untuk suasana yang modern dan menenangkan.

Proses registrasi, pembayaran, dan verifikasi asuransi berjalan lancar berkat sistem yang efisien. Biaya administrasi yang terjangkau, sebesar 300 Baht per orang, menjadi daya tarik tersendiri, terutama mengingat kualitas layanan yang ditawarkan.

Fokus pada Kesehatan dan Keseimbangan

27nov 8Salah satu fokus utama Siriraj H Solutions pada kesehatan preventif dan keseimbangan hidup. Hal ini tercermin dalam berbagai fasilitas dan layanan yang tersedia.

Salah satunya adalah ruang sport performance care yang dilengkapi dengan peralatan olahraga modern dan didampingi oleh spesialis olahraga. Pengunjung dapat melakukan berbagai aktivitas fisik, mulai dari latihan kekuatan hingga peregangan, di bawah pengawasan profesional.

Bagi mereka yang ingin menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah, tersedia layanan pemeriksaan blood vessel dan spiro testing. Pemeriksaan fibro scan juga dapat dilakukan untuk mendeteksi penyakit hati secara dini. Perempuan juga dapat memanfaatkan layanan 3D mammogram untuk deteksi dini kanker payudara.

 

Khusus untuk Kecantikan

Selain fokus pada kesehatan fisik, Siriraj H Solutions juga menawarkan berbagai perawatan kecantikan. Di lantai 2, pengunjung dapat menemukan berbagai pilihan perawatan, mulai dari botox hingga laser. Produk perawatan kulit lokal yang berkualitas juga tersedia untuk dibeli juga Herbal Medicine.

Pusat Diagnostik

27nov 9Walaupun berstatus sebuah klinik, Siriraj H Solutions menyediakan fasilitas diagnostik yang sangat bagus. Saat ini semakin banyak masyarakat Thailand yang mengunakan pendekatan proaktif dan teknologi modern untuk aktif dalam mengelola perjalanan kesehatan pribadi mereka menuju kesejahteraan. Rumah Sakit Siriraj telah membuat visi masa depan dimana kesehatan proaktif menjadi pusat perhatian. Rumah Sakit Siriraj menganut gagasan bahwa individu sebaiknya berdaya, yang dipersenjatai dengan pengetahuan dan alat-alat mutakhir. Menariknya di klinik ini tersedia berbagai peralatan diagnostik mutakhir seperti CT Scan 400 slice, X Ray, sampai ke Breast Cancer diagnostic facilities.

 

SDM Berkualitas dan Layanan Prima

Salah satu keunggulan Sirraj H Solutions adalah tenaga kesehatannya yang berasal dari Rumah Sakit Siriraj, salah satu rumah sakit terkemuka di Thailand. Para tenaga kesehatan ini tidak hanya memiliki kompetensi yang tinggi, tetapi juga memiliki semangat untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pasien.

Manajemen Siriraj H Solutions sangat memperhatikan kesejahteraan para tenaga kesehatannya. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa mereka dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada pasien. Para tenaga kesehatan diberi kebebasan untuk memilih tempat tugas, baik di Siriraj H Solutions maupun di Rumah Sakit Siriraj, sesuai dengan minat dan keahlian masing-masing.

Potensi Layanan Lebih dari 1000 Orang per Hari

Meskipun saat ini Siriraj H Solutions membatasi jumlah pengunjung menjadi 1000 orang per hari, sebenarnya pusat kesehatan ini memiliki kapasitas untuk melayani lebih banyak lagi. Namun, demi menjaga kualitas layanan, jumlah pengunjung dibatasi.

Kemudian darimana sumber dananya?

Pendanaan di Siriraj H Solutions ini berasal dari swasta. Project ini merupakan inovasi untuk menyehatkan rakyat dengan dana dari masyarakat sesuai kebutuhan dan keinginan masyarakat. yang menarik sebagian dana pengembangan berasal dari filantropi. Ada sebuah value yang dikembangkan bahwa pelayanan kesehatan untuk masyarakat menengah atas ini dilakukan agar tersedia lebih banyak dana untuk membantu masyarakat miskin, atau memberikan subsidi silang ke pelayanan bagi kelompok miskin yang negatif keuangannya. RS Siriraj tidak dituntut untuk mencari untung, namun dituntut untuk sehat secara keuangan.

Reporter:
Monita Destiwi, Ester Febe dan Laksono Trisnantoro (PKMK UGM)

Link Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Reportase Hari Kedua

Policy Course on Health System Transformation: Private Sector Engagement for Primary Care Led Integrated Health Care

26 November 2024

Summary Hari Pertama

26nov 1Pada hari kedua kursus kebijakan yang berlangsung pada 26 November 2024, Shita Dewi, selaku Peneliti dari Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada, membuka sesi dengan memberikan ulasan dari pertemuan sebelumnya. Dalam ulasannya, pihaknya menyoroti poin-poin penting yang disampaikan para narasumber dan mengundang peserta untuk berdiskusi lebih lanjut tentang topik yang telah dibahas sebelumnya.

Selain memberikan ulasan, Shita juga memaparkan agenda hari kedua, yang mencakup topik-topik menarik terkait pengalaman dari China, Malaysia, dan Thailand. Fokus utama pembahasan adalah mekanisme belanja dan pengorganisasian untuk integrasi layanan kesehatan, yang akan disampaikan oleh narasumber dari berbagai negara tersebut.

 

SESI PAGI

Sesi 1. Organization, Functional, Professional & Clinical Modalities and Mechanisms: Purchasing for Integrated Seamless Health Care; Primary Care Package, Specialist and Hospital Care

26nov 1Pembicara selanjutnya adalah Professor Laksono Trisnantoro, Direktur ANHSS dan Profesor Kebijakan serta Manajemen Kesehatan dari Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada, Indonesia yang memaparkan terkait belanja kesehatan strategis atau strategic health purchasing. Laksono membahas pentingnya strategic purchasing dalam sistem kesehatan untuk memastikan efisiensi, keadilan, dan kualitas layanan. Pendekatan ini melibatkan pengambilan keputusan strategis tentang layanan yang dibeli, seleksi penyedia, dan mekanisme pembayaran. Di Indonesia, BPJS Kesehatan memainkan peran kunci sebagai pembeli utama layanan kesehatan, menghadapi tantangan seperti distribusi fasilitas yang tidak merata, lemahnya pengawasan kualitas, serta risiko fraud dalam kontrak. Salah satu langkah penting adalah menerapkan sistem insentif berbasis kinerja untuk meningkatkan kualitas pelayanan, misalnya dalam pengelolaan diabetes, yang bertujuan menurunkan komplikasi dan meningkatkan hasil pengobatan.

Strategic purchasing menekankan pentingnya pergerakan dari pendekatan pasif ke strategi aktif, yang mencakup kontrak selektif, sistem insentif, dan pemantauan kualitas. Mechanism Active Purchasing memungkinkan pengalokasian sumber daya yang lebih efektif, serta peningkatan akses dan efisiensi layanan kesehatan, terutama di sektor primer dan rujukan. Namun, hal ini juga memerlukan regulasi yang kuat, integrasi program kesehatan masyarakat, serta keterlibatan masyarakat dalam menentukan kebutuhan kesehatan. Untuk mencapai tujuan ini, diperlukan peningkatan kapasitas pemangku kebijakan dan penguatan akuntabilitas sistem kesehatan.

Sesi 2. Country experiences

Purchasing and Organization Mechanisms for Integrated Seamless Health Care

26nov 1Pemateri pertama adalah Professor Ying Yao Chen dari School of Public Health, Fudan University dari China. Sejak 2009, China telah mencatat kemajuan besar dalam reformasi sistem kesehatannya, dengan hampir seluruh penduduknya kini tercakup dalam sistem asuransi kesehatan sosial dan paket layanan kesehatan publik dasar. Langkah ini telah mengurangi kebutuhan kesehatan yang tidak terpenuhi dan memperkecil kesenjangan dalam akses layanan. Namun demikian, reformasi lebih lanjut tetap diperlukan, terutama untuk meningkatkan kualitas layanan rumah sakit publik, memanfaatkan sumber daya kesehatan secara optimal, serta mengintegrasikan sistem pelayanan dan pembiayaan kesehatan.

Meski cakupan asuransi hampir universal telah memperluas akses ke layanan kesehatan, perlindungan finansial bagi masyarakat miskin harus ditingkatkan untuk menghindari risiko pengeluaran kesehatan yang memberatkan. Selain itu, efektivitas belanja kesehatan memerlukan penguatan efisiensi sistem, pengembangan layanan kesehatan primer, dan reformasi mekanisme pembayaran penyedia layanan secara menyeluruh.

China juga telah mengembangkan sistem layanan kesehatan publik yang mencakup layanan dasar hingga khusus, dengan sektor publik sebagai aktor utama, meskipun sektor swasta terus berkembang. Upaya integrasi antara sektor publik dan swasta, rumah sakit dan layanan primer, serta aspek klinis dan preventif sedang dilaksanakan. Untuk mendukung integrasi ini, insentif seperti penggantian biaya untuk layanan terpadu mulai diterapkan. Selain itu, layanan kesehatan masyarakat terus diperkuat, terutama dalam pencegahan dan pengendalian penyakit menular, kesehatan ibu dan anak, manajemen penyakit tidak menular, serta perawatan bagi lansia.


Purchasing, Professional and Clinical Mechanisms for Integrated Seamless Health Care

26nov 1Pemateri kedua adalah Professor Dr Sharifa Ezat Wan Puteh selaku Professor of Public Health, Department of Community Health, National University of Malaysia. Sistem kesehatan Malaysia menghadapi tantangan kompleks, mulai dari biaya kesehatan yang tinggi hingga meningkatnya masalah obesitas dan diabetes, yang membebani masyarakat, terutama kelompok tanpa penghasilan tetap atau tanpa asuransi. Meskipun sektor swasta memainkan peran penting dengan kualitas layanan yang dianggap lebih baik, hal ini menciptakan ketimpangan akses bagi masyarakat kurang mampu. Selain itu, pengadaan sumber daya kesehatan masih terganjal oleh kurangnya transparansi, keterbatasan anggaran untuk penelitian, serta peraturan yang kaku, khususnya di rumah sakit pendidikan. Pemerintah memiliki peran sentral dalam mengatasi tantangan ini dengan langkah-langkah seperti memperkuat sistem rujukan, meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan di daerah terpencil, memperluas aksesibilitas layanan kesehatan, dan mengintegrasikan sistem informasi kesehatan.

Salah satu pendekatan penting adalah penerapan pembelian strategis (strategic health purchasing), yang melibatkan pemilihan penyedia layanan berkualitas, negosiasi harga obat dan alat kesehatan, serta mendorong inovasi teknologi. Namun, implementasi mekanisme ini terkendala oleh kurangnya data akurat, kapasitas sumber daya manusia yang terbatas, dan regulasi yang kompleks. Kerja sama erat antara sektor publik dan swasta, pengembangan infrastruktur digital, serta transparansi dan akuntabilitas dalam proses pengadaan sangat diperlukan untuk mendukung efisiensi, mengurangi korupsi, dan mencapai Cakupan Kesehatan Universal (universal health coverage/ UHC).


Purchasing and Organization Mechanism for Integrated Seamless Health Care: The Case of Universal Coverage Scheme (UCS) in Thailand

26nov 1Pemateri ketiga adalah Waraporn Suwanwela selaku Deputy Secretary-General, National Health Security Office, Thailand. Thailand memiliki berbagai skema asuransi kesehatan publik untuk memastikan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan, termasuk CSMBS untuk pegawai negeri dan keluarganya sejak 1963 (mencakup 8% populasi), SSS untuk pekerja sektor swasta sejak 1990 (18%), UCS sebagai skema terbesar sejak 2002 (72%), dan skema khusus untuk pegawai pemerintah tertentu (2%).

Pemberlakuan Undang-Undang Jaminan Kesehatan Nasional (UU JKN) pada 2002 bertujuan untuk menyediakan jaminan kesehatan universal, melindungi masyarakat miskin dari risiko keuangan, dan memastikan kualitas serta aksesibilitas layanan kesehatan. UU ini membentuk lembaga pengelola seperti Badan Jaminan Kesehatan Nasional dan Kantor Jaminan Kesehatan Nasional, mengatur pengelolaan dana, fasilitas pelayanan, standar mutu, dan perlindungan hak peserta. Di bawah UCS, mekanisme pembelian strategis diterapkan dengan desain paket manfaat kesehatan, negosiasi dengan penyedia layanan, alokasi anggaran berdasarkan kebutuhan, dan metode pembayaran berbasis capitation atau fee-for-service. Pendekatan ini memungkinkan efisiensi alokasi dana, perluasan akses terhadap layanan berkualitas, dan peningkatan kepuasan masyarakat.

 

Reporter: Monita Destiwi dan Ester Febe (PKMK UGM)

 

Link Terkait

 

 

Hari kelima: The 8th Global Symposium on Health Systems Research

Jumat, 22 November 2024

Knowledge for Just Health Systems

​​Sesi pleno hari ini, sekaligus menandai penutupan kegiatan HSR2024, mengambil fokus “pengetahuan untuk sistem kesehatan yang berkeadilan”.  Sesi ini diketuai oleh Dr Ana Amaya (associate professor, Pace University) dan dimoderatori oleh Dr Prashanth Srinivas (Institute of Public Health Bengaluru). Sesi ini menghadirkan empat panelis, yakni Dr Seye Abimbola (associate professor, School of Public Health University of Sydney), Professor Chelse Watego (profesor indigenous health, Queensland University of Technology), Dr Margareta Matache (Department of Social and Behavioral Sciences, Harvard T.H. Chan School of Public Health), dan Fatuma Guleid (mahasiswa doktoral KEMRI Wellcome Trust). Keempat panelis memaparkan topik seputar empat poin agenda komunitas penelitian sistem kesehatan (health systems research/HSR), kemanusiaan dan kesejahteraan berbasis kearifan lokal (indigenist health humanity), rasisme dan kaitannya dalam produksi pengetahuan dan sistem kesehatan, serta kuasa (power) dalam translasi pengetahuan.

hsr26Abimbola sebagai panelis pertama menjelaskan empat poin agenda komunitas HSR, yakni transparansi, non-ekstraktif, demokratisasi, dan transformasi. Transparansi adalah hal yang penting dalam suatu penelitian karena memproduksi pengetahuan berarti menciptakan sebuah sistem kesehatan yang adil. Non-ekstraktif artinya penelitian tidak boleh bersifat eksploitatif.

Seringkali peneliti memulai dari sudut pandangnya sendiri, bukan dari sudut pandang subjek yang menjadi penerima manfaat penelitian tersebut. Abimbola dengan tegas mengkritik peneliti yang sering kali menikmati kekuasaan yang mereka miliki. Abimbola mengingatkan bahwa peneliti memiliki tanggung jawab yang sangat besar. Transformasi seharusnya menjadi tujuan utama penelitian, yakni untuk mencari keadilan atas nama mereka yang termarjinalkan. Peneliti tidak seharusnya sekadar memaparkan masalah, melainkan juga harus menantang struktur yang menciptakan masalah tersebut.

hsr26Watego sebagai panelis kedua membuka paparan dengan menceritakan kegelisahannya sebagai bagian dari komunitas Aboriginal and Torres Strait Islander (ATSI), masyarakat asli di Australia. Watego mengkritik bahwasanya komunitas ATSI sering dipandang sebagai komunitas yang “bermasalah” secara kesehatan dan “kurang manusiawi”. Pandangan ini menciptakan konsekuensi material yang nyata.

Watego mengatakan bahwa kesetaraan kesehatan harus menjadi bagian integral dari penelitian dan penyediaan layanan. Selain itu, struktur yang menciptakan masalah tersebut juga harus disoroti dan dikritisi. Watego dengan tegas mengkritik pendekatan kesehatan yang melanggengkan logika rasisme, yang sering kali memperparah ketidakadilan. Pendekatan positivis dalam penelitian juga kerap memperburuk masalah ini.

Watego menjelaskan tentang Inala Manifesto sebagai visi transformatif penelitian kesehatan indigenous, yang menekankan pentingnya pengetahuan, pengalaman, dan kedaulatan masyarakat asli. Menutup pemaparannya, Watego mengingatkan seluruh peneliti untuk bertindak lebih dari sekadar membuat produk translasi pengetahuan, namun juga secara aktif menantang sistem yang menciptakan ketidakadilan. Terkait dengan kesehatan indigenous, Watego mengatakan bahwa kedaulatan masyarakat asli harus hadir di setiap bukti penelitian dan pada setiap waktu.

hsr24 1Panelis ketiga, yakni Matache, memaparkan tentang rasisme dalam sistem kesehatan dan penelitian. Baginya, penelitian yang membandingkan kelompok-kelompok tertentu atau menggunakan sampel genetik kecil sering kali menyebabkan segregasi komunitas. Selain itu, pendekatan perilaku dan intervensi kesehatan sering mengasumsikan bahwa individu memiliki gaya hidup yang homogen, sehingga mem-perpetuasi deskripsi rasial yang bermuatan diskriminasi.

Selain itu, pemodelan kemiskinan seringkali belum mengkaji etnisitas sebagai proksi rasisme dan rasisme sebagai penentu struktural kesehatan. Matache menegaskan bahwa untuk mengatasi ketidakadilan kesehatan, kerangka baru yang menekankan antirasisme, non-ekstraktivisme, dan penghormatan terhadap hak diperlukan. Penelitian harus melibatkan dan memberi ruang kepada cendekiawan dari komunitas yang terkena dampak kesehatan untuk memimpin, sehingga perubahan transformatif dan sistem kesehatan yang adil dapat tercipta.

hsr24 1Guleid sebagai panelis keempat sekaligus mewakili fellowship emerging voices for global health, mengatakan bahwa translasi bukti penelitian selalu berputar di pertanyaan yang sama, yakni “Bagaimana pembuat kebijakan menggunakan hasil penelitian?” Guleid mengajak komunitas peneliti untuk merefleksi, apakah dengan pertanyaan ini, peneliti telah menangani isu yang penting dan menciptakan dampak nyata.

Guleid memberikan contoh bahwa kendati berbagai policy brief telah diproduksi, perhatian banyak pemerintah di berbagai belahan dunia belum pada isu keadilan kesehatan. Senada dengan panelis lainnya, Guleid mengajak komunitas peneliti untuk mengkritisi kekuasaan melanggengkan ketidakadilan. Guleid memberi contoh strategi desain anggaran partisipatif di Brasil dan aksi kolektif sebagai upaya untuk memberdayakan, mengatasi ketidakadilan, dan mendorong perubahan.

Sesi ini kemudian dilanjutkan dengan upacara penutupan, di mana salah satunya berisi pengumuman lokasi dan topik HSR selanjutnya yang akan diselenggarakan di tahun 2026. Dengan diakhirinya kegiatan HSR2024 di Nagasaki, diharapkan semangat untuk berkontribusi terhadap perubahan nyata melalui aksi kolektif, kritis, dan reflektif terus menjadi nyawa peneliti HSR guna mewujudkan sistem kesehatan yang berkeadilan.

Reporter: Mentari Widiastuti (Divisi PH)

 

Link Terkait

 

  • toto 4d
  • toto
  • toto macau
  • rtp live slot
  • bandar togel 4d
  • toto sdy
  • toto slot
  • slot gacor
  • togel sidney
  • live draw sgp
  • togel4d
  • rajabandot
  • bandar slot
  • bandar slot
  • bandar slot
  • bandar slot
  • bandar slot
  • bandar slot
  • bandar slot
  • judi online
  • nexus slot
  • agen slot
  • toto 4d
  • slot777
  • slot777
  • slot88
  • slot777
  • scatter hitam
  • toto slot
  • slot777
  • toto 4d
  • agen slot
  • scatter hitam
  • slot 4d
  • togel online
  • toto 4d/
  • toto slot
  • mahjong slot
  • slot jepang
  • slot dana
  • bandar slot
  • scatter hitam
  • slot dana
  • slot777
  • slot resmi
  • togel4d
  • bandar slot resmi
  • bandar slot
  • shopee slot
  • slot resmi
  • slot 4d
  • toto slot
  • slot777
  • toto slot
  • slot777
  • situs slot
  • agen toto
  • toto 4d
  • slot thailand
  • slot dana
  • slot dana
  • vip slot
  • situs bola gacor
  • situs togel online
  • agen slot
  • toto slot
  • slot thailand
  • toto slot
  • slot dana
  • deposit 5000
  • link gacor
  • slot resmi
  • slot777
  • deposit 5000
  • situs gacor